Qada' dan Qadar Allah telah tertulis d Luh Mahfuznya..... Kite sbg manusia hnya mampu usaha..doa...tawakkal...kepadaNya..
Sunday 23 October 2011
Ayat Seribu Dinar....
Firman Allah SWT yang bermaksud :
{2}……dan sesiapa yang bertakwa kepada Allah (dengan mengerjakan
suruhanNya dan meninggalkan laranganNya), nescaya Allah akan mengadakan
baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkannya),
{3} Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya dan (Ingatlah),
sesiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya (untuk
menolong dan menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala
perkara yang dikehendakiNya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi
berlakunya tiap-tiap sesuatu.
Diceritakan bahawa seorang saudagar telah membayar sebanyak seribu dinar untuk
mendapat ayat ini yang dikatakan fadhilatnya ialah mendapat menyelamatkan
pembacanya dari malapetaka. Di dalam perjalanan pulang, kapal saudagar ini telah
dipukul ombak dan beliau terus membaca ayat tersebut. Dengan izin Allah SWT,
hanya beliau seorang saja yang terselamat dari bencana itu.
Di antara kelebihan dan fadhilat ayat seribu dinar ini ialah :
* Di baca apabila kita hendak bertawakkal terhadap sesuatu perkara.
* Menghilangkan keresahan bila di baca di waktu resah.
* Di baca ketika hendak menaiki kenderaan
* Jikalau dibaca ayat ini kepada orang yang sedang sakit sebanyak 3 kali dan
dihembuskan kepada si pesakit itu dan di jampi pada air sebanyak 3 kali diberi
minum, insya’Allah si pesakit akan sembuh.
Wednesday 19 October 2011
Keberanian dan Ketabahan Rasulullah
Written by Administrator |
Friday, 27 February 2009 00:58 |
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mempunyai keberanian yang mengagumkan dan tiada tandingannya dalam membela agama dan menegakkan kalimatullah Ta'ala. Beliau mempergunakan nikmat-nikmat Allah Ta'ala yang dicurahkan atas beliau pada tempat yang semestinya. 'Aisyah radhiyallahu 'anha telah mengungkapkan hal itu dalam sebuah hadits: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah sama sekali memukul seorangpun kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita." (HR. Muslim) Di antara bukti keberanian beliau adalah kegigihan beliau dalam mendakwahkan agama Islam seorang diri menghadapi kaum kafir Quraisy dan pemuka-pemuka-nya. Demikian juga keteguhan beliau di atas keyakinan tersebut hingga Allah menurunkan pertolongan-Nya. Beliau tidak pernah mengeluh atau berkata: "Tidak ada yang sudi menyertaiku, sedangkan orang-orang semuanya memusuhiku." Akan tetapi beliau bersandar serta bertawakkal kepada Allah dan tetap meneruskan perjuangan dakwah beliau. Beliau adalah seorang pemberani dan sangat teguh dalam memegang dan melaksanakan pendirian. Ketika orang-orang lari bercerai berai, beliau tetap teguh bagaikan karang. Beliau mengasingkan diri untuk beribadah di gua Hira' selama beberapa tahun. Kala itu beliau belum merasakan gangguan dan orang-orang Quraisy pun belum memerangi beliau. Kaum kafir itu tidak menembakkan sebatang anak panah pun dari busurnya kecuali setelah beliau menyebarkan aqidah tauhid dan memerintahkan untuk memurnikan ibadah mereka kepada Allah semata. Beliau sangat mengherankan ucapan kaum kafir sebagaimana yang difirmankan Allah : "Katakanlah: "Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan" Maka mereka menjawab:"Allah". Maka katakanlah: "Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?" (Yunus: 31) Sementara itu mereka menjadikan berhala-berhala sebagai perantara antara mereka dengan Allah . Sebagaimana yang Allah firmankan: "Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". (Az-Zumar: 3) Padahal mereka juga meyakini tauhid Rububiyah, sebagaimana yang diungkapkan Allah , artinya: "Katakanlah: "Siapakah yang memberikan rizki kepada kalian dari langit dan bumi?" mereka akan menjawab: "Allah". Wahai saudaraku, lihatlah praktek-praktek syirik yang bertebaran di seantero negeri-negeri kaum muslimin, seperti memohon kepada orang yang sudah mati, bertawassul dengan perantaraan mereka, bernadzar karena mereka, takut serta mengharap kepada mereka. Sampai-sampai terputus hubungan antara mereka dengan Allah Ta’ala disebabkan kemusyrikan yang mereka lakukan. Mereka telah menempatkan orang-orang yang sudah mati setara dengan kedudukan Dzat Yang Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Allah berfirman: "Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (se-suatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." (Al-Maidah: 72) Sekarang kita beranjak dari rumah beliau menuju gunung yang berada di sebelah utara. Itulah gunung Uhud, disitulah terjadi peristiwa besar yang menunjukkan keperkasaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan keteguhan serta kesabaran beliau atas luka yang diderita pada peperangan tersebut. Pada waktu itu wajah beliau yang mulia terluka dan beberapa gigi beliau patah serta kepala beliau terkoyak. Sahal bin Sa'ad t menceritakan kepada kita tentang luka yang diderita beliau . Ia berkata: "Demi Allah, aku benar-benar mengetahui siapakah yang mencuci luka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, siapakah yang menyiramkan airnya dan dengan apa luka itu diobati." Ia melanjutkan: "Fathimah radhiyallahu 'anha putri beliaulah yang mencuci luka tersebut, sementara Ali bin Abi Thalib Radhiallahu'anhu menyiramkan airnya dengan perisai. Namun ketika Fathimah radhiyallahu 'anha melihat siraman air tersebut hanya menambah deras darah yang mengucur dari luka beliau, ia segera mengambil secarik tikar lalu membakarnya kemudian membungkus luka tersebut hingga darah berhenti mengucur. Pada peristiwa itu gigi beliau patah, wajah beliau terluka dan kepala beliau terkoyak lebar." (HR. Al-Bukhari) Al-Abbas bin Abdul Muththalib radhiallaahu anhu menceritakan kepahlawanan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam peperangan Hunain. Ia berkata: "Ketika pasukan kaum muslimin tercerai berai, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam justru memacu bighalnya ke arah pasukan kaum kafir, sementara aku terus memegang tali kekang bighal tersebut supaya tidak melaju dengan cepat. Saat itu beliau berkata: "Aku adalah seorang nabi bukanlah pendusta. Aku adalah cucu Abdul Muththalib." (HR. Muslim) Sementara itu, penunggang kuda yang gagah berani, yang sudah masyhur dan terkenal dengan kisah-kisah kepahlawanannya, yaitu Ali bin Abi Thalib Radhiallahu'anhu menceritakan keberanian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai berikut: "Apabila dua pasukan sudah saling bertemu dan peperangan sudah demikian sengit, kamipun berlindung di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tidak ada seorangpun yang paling dekat kepada musuh daripada beliau." (HR. Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah , silakan lihat di dalam Shahih Muslim III / no.1401) Kesabaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e dalam menyebarkan dakwah pantas dijadikan contoh dan teladan yang baik. Hingga akhirnya Allah Ta'ala menegakkan pilar-pilar Islam dan melebarkan sayapnya di segenap pelosok jazirah Arab, negeri Syam dan negeri-negeri di seberang sungai Tigris. Hingga tidak tersisa satu rumahpun kecuali telah dimasuki cahaya Islam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya aku telah mendapat berbagai teror dan ancaman karena membela agama Allah . Dan tidak ada seorangpun yang mendapat teror seperti itu. aku telah mendapat berbagai macam gangguan karena menegakkan agama Allah . Dan tidak seorangpun yang mendapat gangguan seperti itu. Sehingga pernah kualami selama 30 hari 30 malam, aku dan Bilal tidak mempunyai sepotong makanan pun yang layak untuk dimakan manusia kecuali sedikit makanan yang hanya dapat dipergunakan untuk menutupi ketiak Bilal." (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad) Walaupun harta dan ghanimah serta perbenda-haraan dunia dari kemenangan yang diberikan Allah kepada beliau terus mengalir, namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak mewariskan sesuatupun kepada umatnya, tidak dinar maupun dirham, beliau hanya mewariskan ilmu. Itulah warisan nubuwat, barangsiapa yang ingin mengambilnya, maka silakan maju untuk mengambilnya dan selamat berbahagia menerima warisan yang agung itu. 'Aisyahradhiyallahu 'anha menuturkan: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak meninggalkan dinar, tidak pula dirham, tidak meninggalkan kambing, tidak pula unta. Beliau tidak mewasiatkan harta apapun." (HR. Muslim) |
Thursday 6 October 2011
Kebahagiaan Para Sahabat bersama Rasulullah..
بسم الله الرحمن الرحيم
RASULULLAH s.a.w. diutuskan kepada umat manusia dengan membawa pesan dakwah Rabbaniyyah dan tidak memiliki propaganda apa pun tentang tujuan duniawi. Maka kita melihat bahawa beliau s.a.w. tidaklah memiliki gudang harta, hambaran kebun yang luas dan tidak pula tinggal di istana megah layaknya para raja dan pemimpin.
Saat pertama kali beliau menampakkan dakwah dan menyeru masyarakat kala itu untuk beriman, hanya beberapa orang saja yang telah diberi hidayah oleh Allah yang mencintainya yang bersumpah setia untuk mengikuti ajaran mulia yang dibawanya.
Mereka para sahabat yang jumlahnya sedikit saat itu tetap teguh memegang janji meskipun pelbagai kesulitan dan ancaman datang bertubi-tubi. Begitulah, kekuatan iman dan mahabbah (cinta) mereka kepada Nabi Muhammad s.a.w. Saat jumlah mereka masih sedikit, masih lemah dan selalu diliputi ancaman orang-orang di sekitarnya, mereka tetap teguh mencintai Rasulullah s.a.w.
Di antara mereka ada yang dipinggir oleh keluarganya, disingkirkan oleh masyarakatnya, dipersulit perekonomiannya, dicemarkan nama baiknya, dijatuhkan martabat dan derajatnya di depan khalayak, diusir dari kampung halaman bahkan tidak sedikit yang merasakan seksa orang-orang kafir, seperti Bilal bin Rabah misalnya yang diseksa oleh tuannya Umayyah dalam terik matahari di atas pasir sahara yang panas lalu dadanya ditindih dengan batu besar. Demikian pula dengan sahabat ‘Ammar, ayahnya Yasir dan ibunya Sumayyah mati syahid di tangan penyeksaan di hadapan dirinya. Dan masih banyak contoh lain. Namun, meskipun demikian, kecintaan dan pengorbanan mereka terhadap Rasulullah s.a.w. tak goyah sedikit pun, justeru dengan itu semua makin kuat dan mantap keimanan dan kecintaan mereka.
Kaum Mukminin seringkali mendapat cubaan saat menjalankan dakwah. Mereka tidak hanya dibatasi ruang geraknya, tetapi keluarga dan diri mereka diancam akan dibunuh, bahkan adakalanya mereka harus rela dan sabar menanggung kesengsaraan dan penderitaan yang cukup lama. Namun mereka tetap berprasangka baik kepada Allah dan tetap mencintai kekasih Allah, Rasulullah s.a.w. Di samping beliau selalu memberikan dorongan dan semangat dengan janji-janji Allah dan syurga yang telah dipersiapkan untuk mereka.
Tak sedikit sahabat muda yang tak sempat menikmati masa mudanya layaknya anak muda yang lain. Kerana mereka senantiasa ikut berperang berjihad bersama Rasulullah s.a.w., di bawah bayang-bayang kilatan pedang, demi membela keyakinan, keimanan dan kecintaan mereka yang tulus. Tentang mereka ini pernah dikatakan: “Kilatan pedang-pedang itu laksana bayangan bunga di kebun hijau, dan menebarkan bau wangi yang semerbak.”
Begitulah, pada masa itu para pemuda siap berangkat ke medan perang dan menjemput maut, yang ertinya adalah syurga dan redha Allah. Meskipun demikian, mereka tidak gentar sedikit pun dan justeru memandang perjuangan di medan perang itu laksana sebuah wisata atau pesta di malam hari raya, mengandung kesenangan dan kenikmatan tersendiri menurut pandangan mereka. Dan itu tak lain juga didorong oleh kecintaan mereka terhadap Rasulullah s.a.w.
Mereka bahagia hidup bersama beliau, walaupun kadangkali harus menahan lapar dan haus beberapa hari. Mereka merasakan nikmat dengan memandang dan berbicara dengan beliau, sekalipun kadang keluarga dan kerabat mereka tidak punya. Mereka akan menuruti dan tunduk terhadap apa yang diperintahnya. Mereka melakukan apa yang beliau lakukan, meninggalkan apa yang beliau tinggalkan, menjauhi apa yang beliau jauhi, sungguh kecintaan yang sejati yang terpatri dalam sanubari. Semoga keredhaan Allah selalu meliputi mereka.
Syahdan, seorang sahabat pernah diutus oleh beliau untuk masuk ke kandang musuh dan menghantarkan surat kepada mereka. Padahal dia sedar bahawa kemungkinan dirinya tidak selamat. Namun ternyata tugas ini tetap dikerjakannya. Ada pula seorang sahabat yang ketika diminta menjalankan suatu tugas, dia menyedari bahawa tugas itu adalah tugasnya yang terakhir. Namun dia tetap berangkat dengan gembira.
Mengapa mereka para sahabat itu, sedemikian rupa mencintai Rasulullah saw? Mengapa mereka sangat bahagia dengan Risalah yang dibawanya, merasa tenteram dengan manhaj (jalan)nya, sangat gembira menyambut kedatangannya dan mampu melupakan semua rasa sakit, kepedihan, kesulitan, tentangan dan ancaman yang dulu pernah menimpa mereka, demi mengikuti Rasulullah s.a.w.?
Jawapannya adalah kerana mereka melihat pada diri Nabi Muhammad s.a.w. terdapat semua makna kebaikan dan kebahagiaan. Juga tanda-tanda kebajikan dan kebenaran. Beliau mampu menjadi penunjuk jalan bagi siapa saja dalam pelbagai masalah besar. Bahkan dengan sentuhan lemah lembut dan kasih sayangnya beliau mampu memadamkan semua gejolak hati mereka. Dengan ucapannya, beliau mampu menyejukkan isi hati siapa saja. Dan dengan risalahnya, beliau mampu menyejukkan dan menyenangkan jiwa mereka.
Rasulullah s.a.w. juga berhasil menusukkan kerelaan pada jiwa setiap sahabatnya. Maka tidak mustahil bila mereka tidak lagi memperhitungkan pelbagai rintangan yang menghadang jalan dakwah mereka. Sebab, kukuhnya keyakinan yang ada dalam dada mereka telah melupakan semua luka, tekanan dan kesengsaraan itu.
Beliau berhasil meluruskan hati nurani mereka dengan tuntunannya, menyinari mata hati mereka dengan cahayanya, menyingkirkan belenggu-belenggu jahiliyah dan menanggalkan semua kalung kemusyrikan dari leher mereka. Dan lebih dari itu beliau berhasil menyirami hati-hati mereka dengan air iman dan keyakinan, sehingga hati dan jiwa mereka senantiasa sejuk dan damai selalu.
Ada banyak faktor yang membuat kecintaan sahabat begitu besar terhadap Rasulullah s.a.w. Di antaranya, saat bersama beliau mereka selalu merasakan kenikmatan hidup yang sejati, saat berada dekat dengannya mereka merasakan hangatnya kasih sayang dan ketulusan hati, saat berada di bawah payung ajaran dan dakwahnya mereka merasakan ketenteraman dan kedamaian, dengan mematuhi perintahnya mereka mendapatkan keselamatan dan dengan meneladani sunnah-sunnahnya mereka mendapatkan kekayaan batin.
Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an (yang ertinya): “Dan tidaklah Kami utus engkau (wahai Muhammad) melainkan sebagai Rahmat untuk sekalian alam” (QS. Al Anbiyaa’:107)
Sungguh, mereka para sahabat, pencinta Nabi Muhammad yang sejati benar-benar menjadi orang yang bahagia dalam erti yang sebenarnya. Mereka menyaksikan semua yang dilakukan oleh kekasih mereka dan meneladaninya. Maka, sangatlah pantas mereka berbahagia dan bergembira. Sekian...
[ Salam dari Shah Alam 14/11/11 ]
Sumber : Ustaz Al Habib Sholeh bin Ahmad bin Salim Al Aydrus
Saat pertama kali beliau menampakkan dakwah dan menyeru masyarakat kala itu untuk beriman, hanya beberapa orang saja yang telah diberi hidayah oleh Allah yang mencintainya yang bersumpah setia untuk mengikuti ajaran mulia yang dibawanya.
Mereka para sahabat yang jumlahnya sedikit saat itu tetap teguh memegang janji meskipun pelbagai kesulitan dan ancaman datang bertubi-tubi. Begitulah, kekuatan iman dan mahabbah (cinta) mereka kepada Nabi Muhammad s.a.w. Saat jumlah mereka masih sedikit, masih lemah dan selalu diliputi ancaman orang-orang di sekitarnya, mereka tetap teguh mencintai Rasulullah s.a.w.
Di antara mereka ada yang dipinggir oleh keluarganya, disingkirkan oleh masyarakatnya, dipersulit perekonomiannya, dicemarkan nama baiknya, dijatuhkan martabat dan derajatnya di depan khalayak, diusir dari kampung halaman bahkan tidak sedikit yang merasakan seksa orang-orang kafir, seperti Bilal bin Rabah misalnya yang diseksa oleh tuannya Umayyah dalam terik matahari di atas pasir sahara yang panas lalu dadanya ditindih dengan batu besar. Demikian pula dengan sahabat ‘Ammar, ayahnya Yasir dan ibunya Sumayyah mati syahid di tangan penyeksaan di hadapan dirinya. Dan masih banyak contoh lain. Namun, meskipun demikian, kecintaan dan pengorbanan mereka terhadap Rasulullah s.a.w. tak goyah sedikit pun, justeru dengan itu semua makin kuat dan mantap keimanan dan kecintaan mereka.
Kaum Mukminin seringkali mendapat cubaan saat menjalankan dakwah. Mereka tidak hanya dibatasi ruang geraknya, tetapi keluarga dan diri mereka diancam akan dibunuh, bahkan adakalanya mereka harus rela dan sabar menanggung kesengsaraan dan penderitaan yang cukup lama. Namun mereka tetap berprasangka baik kepada Allah dan tetap mencintai kekasih Allah, Rasulullah s.a.w. Di samping beliau selalu memberikan dorongan dan semangat dengan janji-janji Allah dan syurga yang telah dipersiapkan untuk mereka.
Tak sedikit sahabat muda yang tak sempat menikmati masa mudanya layaknya anak muda yang lain. Kerana mereka senantiasa ikut berperang berjihad bersama Rasulullah s.a.w., di bawah bayang-bayang kilatan pedang, demi membela keyakinan, keimanan dan kecintaan mereka yang tulus. Tentang mereka ini pernah dikatakan: “Kilatan pedang-pedang itu laksana bayangan bunga di kebun hijau, dan menebarkan bau wangi yang semerbak.”
Begitulah, pada masa itu para pemuda siap berangkat ke medan perang dan menjemput maut, yang ertinya adalah syurga dan redha Allah. Meskipun demikian, mereka tidak gentar sedikit pun dan justeru memandang perjuangan di medan perang itu laksana sebuah wisata atau pesta di malam hari raya, mengandung kesenangan dan kenikmatan tersendiri menurut pandangan mereka. Dan itu tak lain juga didorong oleh kecintaan mereka terhadap Rasulullah s.a.w.
Mereka bahagia hidup bersama beliau, walaupun kadangkali harus menahan lapar dan haus beberapa hari. Mereka merasakan nikmat dengan memandang dan berbicara dengan beliau, sekalipun kadang keluarga dan kerabat mereka tidak punya. Mereka akan menuruti dan tunduk terhadap apa yang diperintahnya. Mereka melakukan apa yang beliau lakukan, meninggalkan apa yang beliau tinggalkan, menjauhi apa yang beliau jauhi, sungguh kecintaan yang sejati yang terpatri dalam sanubari. Semoga keredhaan Allah selalu meliputi mereka.
Syahdan, seorang sahabat pernah diutus oleh beliau untuk masuk ke kandang musuh dan menghantarkan surat kepada mereka. Padahal dia sedar bahawa kemungkinan dirinya tidak selamat. Namun ternyata tugas ini tetap dikerjakannya. Ada pula seorang sahabat yang ketika diminta menjalankan suatu tugas, dia menyedari bahawa tugas itu adalah tugasnya yang terakhir. Namun dia tetap berangkat dengan gembira.
Mengapa mereka para sahabat itu, sedemikian rupa mencintai Rasulullah saw? Mengapa mereka sangat bahagia dengan Risalah yang dibawanya, merasa tenteram dengan manhaj (jalan)nya, sangat gembira menyambut kedatangannya dan mampu melupakan semua rasa sakit, kepedihan, kesulitan, tentangan dan ancaman yang dulu pernah menimpa mereka, demi mengikuti Rasulullah s.a.w.?
Jawapannya adalah kerana mereka melihat pada diri Nabi Muhammad s.a.w. terdapat semua makna kebaikan dan kebahagiaan. Juga tanda-tanda kebajikan dan kebenaran. Beliau mampu menjadi penunjuk jalan bagi siapa saja dalam pelbagai masalah besar. Bahkan dengan sentuhan lemah lembut dan kasih sayangnya beliau mampu memadamkan semua gejolak hati mereka. Dengan ucapannya, beliau mampu menyejukkan isi hati siapa saja. Dan dengan risalahnya, beliau mampu menyejukkan dan menyenangkan jiwa mereka.
Rasulullah s.a.w. juga berhasil menusukkan kerelaan pada jiwa setiap sahabatnya. Maka tidak mustahil bila mereka tidak lagi memperhitungkan pelbagai rintangan yang menghadang jalan dakwah mereka. Sebab, kukuhnya keyakinan yang ada dalam dada mereka telah melupakan semua luka, tekanan dan kesengsaraan itu.
Beliau berhasil meluruskan hati nurani mereka dengan tuntunannya, menyinari mata hati mereka dengan cahayanya, menyingkirkan belenggu-belenggu jahiliyah dan menanggalkan semua kalung kemusyrikan dari leher mereka. Dan lebih dari itu beliau berhasil menyirami hati-hati mereka dengan air iman dan keyakinan, sehingga hati dan jiwa mereka senantiasa sejuk dan damai selalu.
Ada banyak faktor yang membuat kecintaan sahabat begitu besar terhadap Rasulullah s.a.w. Di antaranya, saat bersama beliau mereka selalu merasakan kenikmatan hidup yang sejati, saat berada dekat dengannya mereka merasakan hangatnya kasih sayang dan ketulusan hati, saat berada di bawah payung ajaran dan dakwahnya mereka merasakan ketenteraman dan kedamaian, dengan mematuhi perintahnya mereka mendapatkan keselamatan dan dengan meneladani sunnah-sunnahnya mereka mendapatkan kekayaan batin.
Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an (yang ertinya): “Dan tidaklah Kami utus engkau (wahai Muhammad) melainkan sebagai Rahmat untuk sekalian alam” (QS. Al Anbiyaa’:107)
Sungguh, mereka para sahabat, pencinta Nabi Muhammad yang sejati benar-benar menjadi orang yang bahagia dalam erti yang sebenarnya. Mereka menyaksikan semua yang dilakukan oleh kekasih mereka dan meneladaninya. Maka, sangatlah pantas mereka berbahagia dan bergembira. Sekian...
[ Salam dari Shah Alam 14/11/11 ]
Sumber : Ustaz Al Habib Sholeh bin Ahmad bin Salim Al Aydrus
Subscribe to:
Posts (Atom)